Senin, 10 September 2012

Silence Of Love (Cerpen)

Aku memang bukan ayah yang sempurna untukmu
Tetapi aku akan mencoba menjadi ayah yang sempurna untukmu


Silence Of Love


Heii lihat tuh,, ada pasangan heboh si gembel dan si bisu!!!” terdengar sorakan dari segerombolan anak-anak yang berdiri di gerbang sekolah, ”kan aku sudah bilang engga usah nganter sampe depan sekolah!!! Sudah pergi sana!!!” bentakku pada seorang lelaki tua dihadapanku, mungkin dia tidak pantas untuk disebut sebagai ayahku, mana mungkin seorang ayah tega membiarkan anaknya dipermalukan seperti itu, humpff..... almarhumah ibuku entah kerasukan arwah dari mana sampai-sampai dia bisa menikah dengan lelaki bisu dan tuli seperti itu. Namaku Rina, sebenarnya aku termasuk orang yang lumayan beruntung karena memiliki wajah cantik dan tubuh semampai, tapi sialnya hidupku memiliki ayah miskin yang bisu dan tuli, kenapa tuhan tidak memberiku ayah yang normal seperti ayah teman-temanku.

****

Lihat saja dikelas ini, semua murid disini tidak ada yang mau berteman denganku hanya karena aku miskin dan memiliki ayah cacat.

Hari ini jam pelajaran pertama kami bebas karena guru yang mengajar tidak bisa hadir, ”Mia, hari ini kita ada ulangan engga??” ucapku pada salah seorang temanku dikelas, ”mana gw tau!!!” balasnya ketus dan kemudian dia pergi meninggalkanku, huuhhh..... memang seperti itu keseharianku disekolah, setiap hari terasa sangat menyedihkan. 

Seperti biasa saat jam istirahat aku suka duduk di area taman sekolah, duduk dibawah pohon besar dan menghirup udara yang sejuk selalu membuatku merasa nyaman, ”heh..... pergi lo!!! Ngapain duduk disini!!!” tiba-tiba saja ada segerombolan murid wanita yang mengusirku, ”ehhh cacat,, lo dengerkan kata gw barusan!!” lanjutnya sambil menendang kakiku, tapi aku tetap saja terdiam, ”heehh..... ternyata bener ya lo itu mirip bokap lo yang budek itu, ohhhh kasian banget!!” dihina seperti itu jelas saja aku marah, ”heeloooo..... lo pikir lo itu siapa bisa ngusir-ngusir gw dari sini!!!lagi pula inikan tempat umum!!!” sambil berdiri tegap kutatap matanya, ”oohhh jadi lo sekarang udah berani ngelawan ya!! Biar mampus lo sekarang” ucapnya kemudian, lalu perkelahian diantara kami pun tak dapat dihindari, karena posisiku yang sendirian ini dikeroyok oleh lima orang jelas aku kalah telak, tapi tiba-tiba seorang guru menghampiri dan memisahkan kami. Engga apa-apa deh aku kena hukuman dari guru yang penting aku sudah berhasil mencakar pipinya.

****

Diruang guru, aku duduk didepan meja guru BP, disebelahku ada seorang lelaki yang mungkin dia itu ayahku, karena sampai hari ini aku masih belum yakin kalau dia itu memang ayah kandungku, ”maafkan kesalahan anakku, mungkin dia sedang kesal dan tidak sengaja berbuat seperti itu” pria itu menulis kata-kata yang ingin ia ucapkan di selembar kertas setelah mendengar penjelasan dari guruku, ”iya saya mengerti pak, tetapi anak bapak akan tetap kami hukum, dia akan diskors selama 3 hari” setelah guru BP memberikan hukuman itu rasanya hatiku lega sekali, setidaknya selama 3 hari aku tidak perlu repot-repot datang ke sekolah yang seperti neraka ini dan tidak perlu bertemu dengan para pengganggu itu.

Saat berjalan keluar dari sekolah akupun tak lepas dari sorakan seluruh murid
 disekolah, ”hhooooo............ anak cacat aja belagu!!!” teriakan itu begitu bergema ditelingaku. ”sudah pergi sana!! Jangan dekat-dekat denganku lagi, aku bisa pulang sendiri” aku berteriak sambil mendorong tubuh lelaki itu, ”naaa..... naaaa.......” lelaki itu mencoba memanggilku tetapi aku terus saja berlari menjauhinya.

****

Dari dalam kamar sayup-sayup ku dengar suara seseorang, ”iii... uuummm..... ” sudah jelas itu suara si lelaki bisu itu. Kututup kembali kupingku rapat-rapat, ”naaa.... naaa.....” si bisu itu kembali berteriak memanggil namaku, karena kesal kukencangkan suara musik yang dari tadi kupasang, dan dia pun berhenti memanggilku.

Malampun telah larut, sudah seharian ini aku tidak keluar dari kamar, kruukkk.... kruukkk...... perutku lapar sekali, badanku sudah lemas karena seharian tidak makan. Akupun akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan menghampiri meja makan, lalu kubuka tudung saji mungkin masih ada sisa makanan didalamnya, tapi ternyata bukan hanya sisa lauk-pauk yang aku dapat tapi hidangan makan malam lengkap yang tertata rapi dan terselip surat ditengahnya,

Rina,
Maafkan ayah

Huuuhh ....... enak aja dia ngomong maaf, bukan maaf yang aku butuhkan saat ini tapi seorang ayah yang normal. Secepat kilat langsung ku buang surat itu kelantai dan aku langsung makan dengan lahap. 

****

Keesokan paginya kulihat lelaki itu sedang memanaskan motornya dihalaman rumah, seperti biasa setiap hari dia pergi ke perempatan jalan untuk berjualan bakmie. Tanpa berpamitan dengannya akupun langsung pergi keluar rumah, tetapi tiba-tiba dia menarik tanganku, ’kamu mau kemana??’ yaa... tentu saja dia menanyakan itu bukan dengan mulutnya tapi dengan gerakan tangannya yang sangat memalukan, tanpa basa-basi aku langsung menghempaskan tangannya dan mencoba untuk pergi, tetapi dia kembali menarik tanganku ”kamu jangan pergi, maafkan ayah, aku memang bukan ayah yang sempurna tetapi aku akan mencoba menjadi ayah yang sempurna untukmu, tapi aku mohon jangan pergi” lagi-lagi dia mengatakan itu dengan gerakan tangannya, ”ehhh.... asal lo tau ya, gw itu engga butuh kata maaf dari lo!!! Yg gw butuh sekarang cuma ayah yang normal yang bisa ngasih gw kehidupan yang normal, bukan lelaki tua kaya lo yang cuma bisa bikin gw dihina sama semua orang, pokoknya lo itu bukan ayah gw!!!” dengan lantangnya aku berbicara seperti itu, tetapi tanpa ku sangka lelaki bisu itu mengangkat tangannya ingin menamparku, “lo mau nampar gw, ayooo silahkan lo tampar gw, yang kenceng kalo perlu lo bunuh aja gw sekalian, biar gw bisa bebas tanpa harus hidup berduaan terus sama lelaki bisu dan tuli yang engga ada gunanya!!!” sesaat ku pikir dia akan menamparku tetapi dugaanku itu salah dia malah melepaskan genggamannya dan membiarkan aku pergi, tanpa pikir panjang lagi aku pun segera melarikan diri dan pergi menjauh, saat ini yang ada didalam pikiranku hanyalah pergi menjauh dari dunia ini, dunia yang membuatku seperti hidup dineraka.

Seharian aku berjalan kaki sendirian, entah kemana tujuanku aku hanya mengikuti langkah kakiku, lalu langkahku terhenti disebuah halte bus, karena lelah akupun merebahkan diri di halte itu, air mata terus mengalir dari mataku kepalaku berkunang-kunang, nasib sial kembali menimpaku aku digoda oleh segerombolan berandal, mereka menarikku aku mencoba meronta dengan sisa tenaga yang aku miliki akhirnya akupun berhasil lepas dari gerombolan berandal itu, segera aku berlari menjauh tanpa sadar langkahku membawaku kembali menuju rumah.

Aku bingung dan tak tahu harus bagaimana, akhirnya kuputuskan untuk kembali kerumah dan langsung masuk kekamar, “Tuhan kau jahat padaku, kenapa engkau membiarkan diriku menderita seperti ini, kenapa kau tidak pernah sekalipun mengabulkan permintaanku, kenapa kau tega membiarkan aku dihina semua orang, kenapa Tuhannn!!!!!!!” didalam kamar aku berteriak-teriak menumpahkan kekesalanku. “Tuhan, kau bilang kalau kau penyayang!!!! Dan kau maha adil!! Tapi apa yang aku dapat... apaaa!!!!!!” kubanting semua barang-barang yang ada dihadapanku, dirikupun terhempas diatas lantai. Sesaat ku dengar suara pintu, pasti lelaki bisu itu sudah pulang. Kepalaku semakin sakit badanku lemas, kulihat ada sebuah pecahan keramik vas bunga diatas meja belajarku, akupun mulai gelap mata, kuambil pecahan vas tersebut, sambil menatap cermin yang ada didepanku tanpa ragu akupun menggoreskan pecahan vas tersebut dipergelangan tanganku.

Tubuhku terjatuh kelantai, terdengar suara ketukan pintu dari luar, tapi aku sudah mulai tidak sadar, samar-samar kulihat lelaki bisu itu menghampiriku, dia menggendongku sambil berteriak.

Kemudian entah apa yang terjadi saat itu tiba-tiba aku sudah berada didalam sebuah rumah kecil, kulihat dihadapanku ada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan ayahnya tapi sepertinya aku mengenal wajah kedua orang itu, lhooo... anak kecil itu seperti aku dan lelaki itu seperti ayahku, kubuka mata lebar-lebar untuk memastikan dan ternyata benar. Kulihat diriku saat kecil sedang bermain bersama ayahku, kulihat diriku digendong dan kami tertawa bersama, terlihat jelas tawa riang yang tersirat diwajah kami berdua waktu itu, kemudian kulihat lagi diriku sedang merayakan ulang tahun berdua bersama ayahku “kamu harus banyak makan biar nanti cepat besar dan menjadi anak yang cantik” seperti biasa ayahku mengungkapkan itu menggunakan bahasa tangannya, dan yang terakhir aku melihat saat pertama kali aku masuk sekolah dasar, didepan gerbang sekolah aku menangis karena ayah meninggalkanku disekolah “ayah mau berjualan dulu, kamu sekarang harus sekolah dan rajin belajar supaya pintar dan menjadi anak yang hebat, nanti ayah akan kembali menjemputmu dengan membawa bakpao kacang kesukaanmu” aku juga melihat ayahku mengungkapkan kata itu dengan bahasa isyarat dari tangannya untuk menghiburku. “oohhh.... Tuhan maafkan aku, maafkan aku yang telah banyak berdosa pada ayahku yang sudah menyayangiku sampai saat ini”, akupun tertunduk aku merasa bahwa diriku ini sangat bersalah pada ayahku, kemudian aku melihat sosok ayahku berdiri didepanku dia melambaikan tangan dan semakin lama semakin menjauh, kucoba untuk meraih tangannya tetapi dia semakin menjauh dan menghilang, tiba-tiba seluruhnya menjadi gelap tanpa cahaya sedikitpun aku takut, aku menutup kedua mataku dengan kedua telapak tanganku dan aku berteriak sekeras-kerasnya memanggil ayahku.

****

Saat aku kembali membuka mata, aku berada disebuah ruangan disampingku berdiri seorang wanita berseragam hijau muda, “ayah......” suaraku terdengar lirih, “kamu istirahat dulu yaa, biar cepet stabil kondisinya” sahut wanita itu, “lho.. kamu siapa??” tanyaku lagi padanya, “aku perawat disini, kamu sekarang ada dirumah sakit karena percobaan bunuh diri, mmm... kamu lagi banyak masalah ya??” perawat itu balik bertanya padaku, aku hanya bisa tertunduk, “ya sudah, sekarang kamu istirahat saja dulu, dan kondisi ayahmu baik-baik saja ko” aku kaget mendengar ucapan perawat itu “ayahku??? Memangnya dia kenapa???” tanyaku heran, “kemarin ayahmu yang membawamu kesini, tadinya kamu membutuhkan banyak darah dan ayahmu yang mendonorkan darahnya untukmu, ayahmu juga memohon pada dokter untuk mengambil semua darahnya supaya kamu selamat, oohh... iya saat kamu masih diperiksa dia juga terus menangis didepan pintu, dia bilang hanya kamu yang dia miliki didunia ini jadi dia rela mengorbankan segalanya untukmu, mm...... kamu sangat beruntung memiliki ayah yang sangat sayang padamu, yasudah sekarang kamu istirahat yaa,, saya mau memeriksa pasien yang lain” ucap perawat itu sambil mengusap kepalaku, lalu kemudian ia pergi. Aku hanya terdiam, saat aku melihat ke ranjang disebelahku betapa terkejutnya diriku, ternyata disana terbaring seseorang yang sangat kukenal, dia ayahku.... ayah yang sangat menyayangiku dengan kasih sayang yang sangat sempurna, ingin rasanya diriku memeluk erat tubuh ayahku tetapi sayangnya saat ini hal itu tidak dapat kulakukan karena kondisi tubuhku yang masih lemah. Air mataku pun tak dapat terbendung lagi, saat ini aku hanya bisa menangis sambil memandangi wajah ayahku dan aku hanya bisa berkata lirih dalam hati “ayah....... maafkan aku......”.


© The End ©

** Inspiration from thai life insurance ads (silence of love)






Rabu, 05 September 2012

Tersimpan (Cerpen)



Aku tak tahu apa yang harus aku perbuat dengan kenanganku
Tapi satu hal yang aku tahu kenangan itu indah dan akan kuingat untuk selamanya.




Tersimpan

Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi tapi mataku masih belum juga bisa terpejam, entah apa yang sedang aku pikirkan, berkali-kali ku ganti saluran televisi tapi tak ada satu pun yang kurasa bagus, akhirnya kuputuskan untuk membuka laptop dan meneruskan novel karanganku tapi tetap saja tak ada cerita yang bisa ku tulis aarrrggghhhhh.......... entah kenapa hari ini terasa begitu aneh, perasaan yang tak jelas tiba-tiba menghampiriku, perasaan yang aneh yang bisa membuat otakku berhenti bekerja, karena putus asa akhirnya kulihat playlist mp3 inilah satu-satunya pertolongan terakhirku, langsung saja ku putar salah satu lagu, tanpa terasa akupun terhanyut dalam lagu yang terasa begitu menyentuh hati

Mungkin ku relakan untuk kau tinggalkan
Diriku di sini harus mengakhiri
Aku yang merasa lelah dan menyerah
Karna tak selamanya selingkuh itu indah

Biarkan cerita kita berpisah adanya
Bila memang kita tak mungkin bersama selamanya

Betapa ku mengerti sebagai selingkuhanmu
Ku harus menjalani ikatan yang tersembunyi

lagu dari Merpati Band yang berjudul Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah, yupsss....... untuk sejenak pikiranku melayang jauh kebelakang, mengingat kenangan masa lalu yang entah aku tak tahu termasuk kenangan indah atau tidak, tapi yang aku tahu kenangan itu selalu melekat jelas dalam ingatanku.

*****

Namaku Rara, aku hanyalah seorang remaja perempuan biasa berumur 20 tahun yang punya hobi menulis. "Raa...... dari pada bengong ikut yuk sama anak-anak kita jalan-jalan naek motor" teriak seseorang dari gerombolan yang sedang berkumpul didepan rumahku. Aku memang tinggal disebuah perkampungan biasa dan anak remaja disekitar sini memang suka jalan-jalan malam dengan motor. "nanti gw sama siapa??" tanyaku setelah mengetahui ternyata yang berteriak tadi adalah temanku  Andi, "gampang,, ada banyak yang kosong ko" sahutnya lagi, mmm......
dari pada sendirian disni mendingan nyobain jalan-jalan deh "ok tunggu sebentarya.. ganti baju dulu" aku pun sibuk mengganti baju yang aku pakai dengan baju yang lebih hangat tak lupa aku juga menyambar sebuah sweater merah yang menggantung dibelakang pintu kamarku, karena orang tua ku tinggal diluar kota dan aku dirumah tinggal sendiri jadi tak perlu sibuk minta ijin. Tak berapa lama akupun menghampiri mereka. "ikut... ikut... ikut..... tapi gw sama siapa??" ucapku semangat. "lo sama gw aja, nih pegang helmnya" OMG semangat dalam diriku menjadi 100x lipat dari sebelumnya begitu menyadari ternyata yang ingin memberiku tumpangan ternyata Gio, dia itu termasuk cowok paling ngetop dan ganteng disini, jujur sih aku sudah naksir sama dia sejak 2 tahun lalu tapi yang namanya nasib kurang beruntung akhirnya belom bisa akrab dan hanya bisa menyapa saja pas ketemu dijalan. "ok deh,, gw ikut sama lo" dengan yakin kata-kata itu keluar dari mulutku. Selama perjalanan kami membicarakan banyak hal. Jalan-jalan malam itu bagaikan dapet rejeki nomplok deh. Tapi kenyataan pahit yang mesti aku terima ternyata Gio sudah punya seorang pacar, humpfff...... tetapi tak tau kenapa walaupun begitu tetap saja aku menyukainya.

****

Keseokan harinya sepulang kerja, ternyata Gio sedang mengobrol dengan yang lainnya disebuah tempat tongkrongan dekat rumahku, dengan semangat aku ikut bergabung yaaa karena kebanyakan yang ngobrol disitu cowok jadi yang diomongin seputar motor, tapi engga apa-apa yang penting aku bisa ketemu sama Gio, Dari situlah awal pertemuanku dengannya.

Setelah beberapa bulan aku semakin akrab dengannya, bahkan sekarang aku sering memanggil Gio dengan panggilan Abang, Yupss..... panggilan itu khusus aku tujukan untuknya. Setelah dekat dengannya diriku menjadi bersemangat setiap hari, perlakuannya setiap hari padaku seakan-akan menunjukkan kalau dia begitu perhatian padaku.

****

Seperti biasa sepulang kerja aku sempatkan untuk ikut berkumpul dengan yang lainnya. "Ra,, udah makan belom??" tanya Gio padaku, yaaa karena sudah 2bulan bekangan ini kami akrab jadi aku sudah tidak canggung lagi mengobrol dengannya. "belom neh makanya laper banget" jawabku dengan muka sedikit memelas, "cari makan yuk bareng sama gw" ajak Gio sambil menyalakan motor miliknya dan akupun langsung naik. "cciiieeee.......... udah mulai mesra nih yeee" anak-anak yang lain menyoraki kami, "yee.... biarin!! kenapa sirik yaaa!!!" aku hanya bisa menimpali sorakan itu dengan nada bercanda, "yaiyalahhh Rara kan sekarang pacar gw" ucapan Gio barusan lumayan membuatku tercengang, tapi ahhh.... mana mungkin seorang Gio bisa naksir sama seorang cewek seperti aku.

Sesudah membeli makanan aku langsung pulang diantar oleh Gio. Diteras rumahku, aku memberanikan diri untuk menanyakan ucapan Gio tadi, "Bang, tadi maksud lo apaan bilang-bilang kalo gw ini pacar lo??" dengan nada bercanda kusampaikan pertanyaan yang sejak tadi berada dalam pikiranku, "hahahaa....... dasar anak oneng, emangnya dari kemaren lo engga ngerasa apa kalo gw lagi ngedeketin lo" ucap Gio seenaknya, JLEEGEERRR  tiba-tiba diatas kepalaku terasa ada puluhan petir yang sedang menyambar, "tapikan lo udah punya pacar??" tingkat kesadaranku segera pulih mengingat hal itu, "pokoknya buat gw mulai sekarang lo itu pacar gw, kalo lo engga mau yaa itu berarti urusan lo!!" ucapnya tegas. "berarti gw jadi selingkuhan dong" entah kenapa tiba-tiba kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. "jadi lo engga mau neh jadi pacar gw??” sahutnya untuk kali ini nadanya merendah dan akupun tertunduk, otakku berpikir tentang pacarnya Gio, tetapi hatiku tidak bisa memungkiri kalau aku sudah jatuh cinta padanya.  Tiba-tiba saja aku merasakan sebuah pelukan hangat, yupsss...... saat ku tersadar ternyata Gio sedang memelukku, pelukan hangat yang baru kali ini aku rasakan, aku hanya bisa diam dalam pelukannya entah apa yang sedang aku rasakan, kepalaku masih tetap saja memikirkan wanita itu tetapi tubuhku tak rela untuk lepas dari pelukan itu, aku tak tahu apa yang aku rasakan sekarang, hanya satu hal yang aku tahu dengan pasti pelukannya terasa hangat............

****

Sejak saat itu aku dan Gio memutuskan untuk berpacaran, entah aku harus senang atau tidak dengan situasiku yang seperti ini. Setiap pulang kerja Gio selalu mampir kerumahku, sifat Gio yang baik dan suka bercanda membuat aku semakin nyaman saat didekatnya, setiap hari kami bercerita banyak hal mulai dari hal penting sampai hal yang tidak penting, terkadang kami juga membicarakan hal lucu yang terjadi sepanjang hari ini, aku pun tidak pernah mempermasalahkan tentang wanita itu, wanita yang sudah lebih dulu menjadi kekasih Gio, kami menjalani hubungan seakan-akan tidak ada wanita itu diantara kami, Bahkan beberapa orang mengatakan kalau kami ini pasangan yang serasi, kata-kata itu sebenarnya bukan hanya membuatku melayang tetapi juga membuatku selalu berpikir seandainya Gio bisa ku miliki seutuhnya.

Beberapa kali aku memergoki Gio sedang menelpon wanita itu, ingin aku berteriak untuk mengungkapkan rasa cemburuku, tapi tidak bisa karena aku tersadar dengan posisiku yang sebagai selingkuhan,

Setiap weekend biasanya kami sering pergi bersama, meskipun hanya sekedar mencari makan malam dipinggir jalan, sesekali pergi ke tempat wisata, sampai malam minggu jalan-jalan ke puncak hanya untuk mencari tempat santai untuk refreshing tapi semua kenangan itu membuat hidupku terasa indah.

****

Pernah aku menangis didepannya karena terlalu berat menahan rasa cemburu saat ada kabar beredar mengenai pertunangannya dengan wanita itu, tetapi Gio dengan cepat bisa menenangkan hatiku, dan membuatku percaya kalau pertunangan itu tidak pernah terjadi.

Sampai suatu saat aku melihat sebuah cincin melingkar dijari manisnya, ”Cincinnya bagus” ucapku santai saat memberikan sebuah teh hangat untuknya, ”mm.... ini Cuma cincin biasa ko” ucapnya sambil melepas cincin tersebut dah menaruhnya dalam tas. ”pake aja ngapain dicopot, kasian tunangannya kalau tau cincinnya dicopot” ucapku sambil menatap dalam seorang lelaki yang duduk hadapanku. ”udah ngapain ngebahas beginian, makan aja yuk” dengan cepat iya mulai mengalihkan pembicaraan, baru kali ini aku melihat dia segugup itu, tak sedetikpun dia menoleh kearahku, tak satupun hidangan dimeja disantapnya, kami berduapun terdiam dan merunduk.

Tak lama kemudian kembali kuangkat wajahku lalu kutatap wajahnya dalam-dalam seakan aku tahu kalau hari itu adalah hari terakhirku bersamanya,  tanpa sadar air mataku menetes rasa sedih yang tak bisa tertampung lagi dalam hatiku, ingin rasanya aku berteriak dan memaki-maki Gio tapi tak bisa, semua teriakan ku keluar bersamaan dengan air mata, untuk kesekian kalinya Gio memelukku erat-erat, tetapi untuk pertama kalinya aku bisa menolaknya dan langsung berlari kedalam kamar, tokk..... tokk..... tokk....... Ra,, sorry bukan maksud gw buat nyakitin lo, tapi... tapi gw juga bingung harus gimana” terdengar suara Gio dari balik pintu kamarku, aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menjawabnya hati ini rasanya sakit... sakit sekali..... sekujur tubuhku terkulai lemas di atas kasur. ”Ra.. sekali lagi gw minta maaf.... maaf banget. Gw tau gue salah banget sama lo, tapi jujur gw sayang sama lo, seandainya  aja lo dateng lebih awal dikehidupan gw, gw pasti engga akan bingung untuk memilih” jelas Gio kemudian, ”Raaa...... meskipun kali ini pilihan gw salah tapi gw yakin kalo perasaan sayang gw sama lo engga pernah salah” Gio pun terdiam lalu kudengar suara langkah kaki menjauhi pintu, kupasang baik-baik telingaku untuk mendengar sesuatu lagi dari Gio tetapi sepertinya gio sudah pergi. Air mata deras mengalir dari mataku. Gio, Wanita itu, hubungan ini, situasi ini dan semua kenangan tentang aku dan Gio semuanya berputar dalam otakku sampai rasanya hati dan otak ini ingin pecah, dan akupun terus menangis sampai aku terlelap.

****

Keesokan paginya kulihat hp ada banyak miscall dari Gio dan ada satu voice mail darinya, dengan berat hati kuberanikan diri untuk membuka voice mail tersebut, terdengar suara Gio didalamnya dengan nada rendah dan terdengar lirih.

Rara......
Selama ini gw menyembunyikan ini semua karena gw engga mau kalau lo sampe tau tentang kabar ini, karena gw terlalu takut buat ceritain semuanya sama lo, mungkin karena gw terlalu sayang dan pengecut untuk menghadapi semua situasi ini,
tapi kemarin gw engga sengaja udah ngasih tahu lo lewat cincin yang gw pake, bener kata lo  gw udah lama tunangan bakhan minggu depan gw bakalan menikah,
Gw tau lo pasti marah banget sama gw, tapi satu yang pasti gw akan tetep sayang sama lo selamanya.

Untuk sesaat Gio terdiam

Rara....... Sorry.........

Voice mail itupun berakhir seiring dengan kata-kata terakhir yang terucap dari mulut Gio. “SORRY.....”  kata itu selalu terngiang ditelingaku.

Saat keluar dari kamar aku menemukan sebuah kotak kecil tergeletak dilantai depan pintu kamarku, tanganku gemetar saat membuka kotak kecil itu, pikiranku terus mengingat Gio, saat aku buka ternyata didalamnya terdapat sebuah kalung dengan liontin berbentuk huruf NA, terselip selembar kertas didalamnya, kuberanikan diri antuk membuka lembaran itu,

NA untuk Naura Amalia dan Agio Nugraha,
Hadiah terindah untuk wanita terindah
Gio

Sontak akupun berteriak, oohh..... tuhan inikah akhir cintaku , saat ini aku hanya bisa meratap dalam hati menahan rasa ini, rasa yang seakan membuat dunia berhenti berputar, rasa yang seakan membuat hatiku mati, rasa yang seakan membuat semua hal indah itu pergi.

****

Itulah kenangan ku bersama Gio, kenangan yang akan selalu ada dalam hidupku. Tanpa sadar air mataku mengalir kembali, lagu yang diputar dalam playlist mp3 ku pun sudah berganti. Kepalaku tertunduk memandangi sebuah kalung dengan liontin NA yang sudah 1 tahun menggantung dileherku, kugenggam erat liontin itu sambil menarik napas panjang.

Pertengkaran malam itu memang menjadi pertemuan terakhir ku dengan Gio, sejak saat itu wajah Gio dan semua kenanganku bersamanya selalu tersimpan jelas dalam hati dan pikiranku. Entah sampai kapan kenangan itu akan melekat dalam hati dan pikiranku, dan aku tak tahu apa yang harus aku perbuat dengan kenanganku itu. Tapi satu hal yang aku tahu kenangan itu indah dan akan kuingat untuk selamanya.


©   The End    ©