Senin, 10 September 2012

Silence Of Love (Cerpen)

Aku memang bukan ayah yang sempurna untukmu
Tetapi aku akan mencoba menjadi ayah yang sempurna untukmu


Silence Of Love


Heii lihat tuh,, ada pasangan heboh si gembel dan si bisu!!!” terdengar sorakan dari segerombolan anak-anak yang berdiri di gerbang sekolah, ”kan aku sudah bilang engga usah nganter sampe depan sekolah!!! Sudah pergi sana!!!” bentakku pada seorang lelaki tua dihadapanku, mungkin dia tidak pantas untuk disebut sebagai ayahku, mana mungkin seorang ayah tega membiarkan anaknya dipermalukan seperti itu, humpff..... almarhumah ibuku entah kerasukan arwah dari mana sampai-sampai dia bisa menikah dengan lelaki bisu dan tuli seperti itu. Namaku Rina, sebenarnya aku termasuk orang yang lumayan beruntung karena memiliki wajah cantik dan tubuh semampai, tapi sialnya hidupku memiliki ayah miskin yang bisu dan tuli, kenapa tuhan tidak memberiku ayah yang normal seperti ayah teman-temanku.

****

Lihat saja dikelas ini, semua murid disini tidak ada yang mau berteman denganku hanya karena aku miskin dan memiliki ayah cacat.

Hari ini jam pelajaran pertama kami bebas karena guru yang mengajar tidak bisa hadir, ”Mia, hari ini kita ada ulangan engga??” ucapku pada salah seorang temanku dikelas, ”mana gw tau!!!” balasnya ketus dan kemudian dia pergi meninggalkanku, huuhhh..... memang seperti itu keseharianku disekolah, setiap hari terasa sangat menyedihkan. 

Seperti biasa saat jam istirahat aku suka duduk di area taman sekolah, duduk dibawah pohon besar dan menghirup udara yang sejuk selalu membuatku merasa nyaman, ”heh..... pergi lo!!! Ngapain duduk disini!!!” tiba-tiba saja ada segerombolan murid wanita yang mengusirku, ”ehhh cacat,, lo dengerkan kata gw barusan!!” lanjutnya sambil menendang kakiku, tapi aku tetap saja terdiam, ”heehh..... ternyata bener ya lo itu mirip bokap lo yang budek itu, ohhhh kasian banget!!” dihina seperti itu jelas saja aku marah, ”heeloooo..... lo pikir lo itu siapa bisa ngusir-ngusir gw dari sini!!!lagi pula inikan tempat umum!!!” sambil berdiri tegap kutatap matanya, ”oohhh jadi lo sekarang udah berani ngelawan ya!! Biar mampus lo sekarang” ucapnya kemudian, lalu perkelahian diantara kami pun tak dapat dihindari, karena posisiku yang sendirian ini dikeroyok oleh lima orang jelas aku kalah telak, tapi tiba-tiba seorang guru menghampiri dan memisahkan kami. Engga apa-apa deh aku kena hukuman dari guru yang penting aku sudah berhasil mencakar pipinya.

****

Diruang guru, aku duduk didepan meja guru BP, disebelahku ada seorang lelaki yang mungkin dia itu ayahku, karena sampai hari ini aku masih belum yakin kalau dia itu memang ayah kandungku, ”maafkan kesalahan anakku, mungkin dia sedang kesal dan tidak sengaja berbuat seperti itu” pria itu menulis kata-kata yang ingin ia ucapkan di selembar kertas setelah mendengar penjelasan dari guruku, ”iya saya mengerti pak, tetapi anak bapak akan tetap kami hukum, dia akan diskors selama 3 hari” setelah guru BP memberikan hukuman itu rasanya hatiku lega sekali, setidaknya selama 3 hari aku tidak perlu repot-repot datang ke sekolah yang seperti neraka ini dan tidak perlu bertemu dengan para pengganggu itu.

Saat berjalan keluar dari sekolah akupun tak lepas dari sorakan seluruh murid
 disekolah, ”hhooooo............ anak cacat aja belagu!!!” teriakan itu begitu bergema ditelingaku. ”sudah pergi sana!! Jangan dekat-dekat denganku lagi, aku bisa pulang sendiri” aku berteriak sambil mendorong tubuh lelaki itu, ”naaa..... naaaa.......” lelaki itu mencoba memanggilku tetapi aku terus saja berlari menjauhinya.

****

Dari dalam kamar sayup-sayup ku dengar suara seseorang, ”iii... uuummm..... ” sudah jelas itu suara si lelaki bisu itu. Kututup kembali kupingku rapat-rapat, ”naaa.... naaa.....” si bisu itu kembali berteriak memanggil namaku, karena kesal kukencangkan suara musik yang dari tadi kupasang, dan dia pun berhenti memanggilku.

Malampun telah larut, sudah seharian ini aku tidak keluar dari kamar, kruukkk.... kruukkk...... perutku lapar sekali, badanku sudah lemas karena seharian tidak makan. Akupun akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan menghampiri meja makan, lalu kubuka tudung saji mungkin masih ada sisa makanan didalamnya, tapi ternyata bukan hanya sisa lauk-pauk yang aku dapat tapi hidangan makan malam lengkap yang tertata rapi dan terselip surat ditengahnya,

Rina,
Maafkan ayah

Huuuhh ....... enak aja dia ngomong maaf, bukan maaf yang aku butuhkan saat ini tapi seorang ayah yang normal. Secepat kilat langsung ku buang surat itu kelantai dan aku langsung makan dengan lahap. 

****

Keesokan paginya kulihat lelaki itu sedang memanaskan motornya dihalaman rumah, seperti biasa setiap hari dia pergi ke perempatan jalan untuk berjualan bakmie. Tanpa berpamitan dengannya akupun langsung pergi keluar rumah, tetapi tiba-tiba dia menarik tanganku, ’kamu mau kemana??’ yaa... tentu saja dia menanyakan itu bukan dengan mulutnya tapi dengan gerakan tangannya yang sangat memalukan, tanpa basa-basi aku langsung menghempaskan tangannya dan mencoba untuk pergi, tetapi dia kembali menarik tanganku ”kamu jangan pergi, maafkan ayah, aku memang bukan ayah yang sempurna tetapi aku akan mencoba menjadi ayah yang sempurna untukmu, tapi aku mohon jangan pergi” lagi-lagi dia mengatakan itu dengan gerakan tangannya, ”ehhh.... asal lo tau ya, gw itu engga butuh kata maaf dari lo!!! Yg gw butuh sekarang cuma ayah yang normal yang bisa ngasih gw kehidupan yang normal, bukan lelaki tua kaya lo yang cuma bisa bikin gw dihina sama semua orang, pokoknya lo itu bukan ayah gw!!!” dengan lantangnya aku berbicara seperti itu, tetapi tanpa ku sangka lelaki bisu itu mengangkat tangannya ingin menamparku, “lo mau nampar gw, ayooo silahkan lo tampar gw, yang kenceng kalo perlu lo bunuh aja gw sekalian, biar gw bisa bebas tanpa harus hidup berduaan terus sama lelaki bisu dan tuli yang engga ada gunanya!!!” sesaat ku pikir dia akan menamparku tetapi dugaanku itu salah dia malah melepaskan genggamannya dan membiarkan aku pergi, tanpa pikir panjang lagi aku pun segera melarikan diri dan pergi menjauh, saat ini yang ada didalam pikiranku hanyalah pergi menjauh dari dunia ini, dunia yang membuatku seperti hidup dineraka.

Seharian aku berjalan kaki sendirian, entah kemana tujuanku aku hanya mengikuti langkah kakiku, lalu langkahku terhenti disebuah halte bus, karena lelah akupun merebahkan diri di halte itu, air mata terus mengalir dari mataku kepalaku berkunang-kunang, nasib sial kembali menimpaku aku digoda oleh segerombolan berandal, mereka menarikku aku mencoba meronta dengan sisa tenaga yang aku miliki akhirnya akupun berhasil lepas dari gerombolan berandal itu, segera aku berlari menjauh tanpa sadar langkahku membawaku kembali menuju rumah.

Aku bingung dan tak tahu harus bagaimana, akhirnya kuputuskan untuk kembali kerumah dan langsung masuk kekamar, “Tuhan kau jahat padaku, kenapa engkau membiarkan diriku menderita seperti ini, kenapa kau tidak pernah sekalipun mengabulkan permintaanku, kenapa kau tega membiarkan aku dihina semua orang, kenapa Tuhannn!!!!!!!” didalam kamar aku berteriak-teriak menumpahkan kekesalanku. “Tuhan, kau bilang kalau kau penyayang!!!! Dan kau maha adil!! Tapi apa yang aku dapat... apaaa!!!!!!” kubanting semua barang-barang yang ada dihadapanku, dirikupun terhempas diatas lantai. Sesaat ku dengar suara pintu, pasti lelaki bisu itu sudah pulang. Kepalaku semakin sakit badanku lemas, kulihat ada sebuah pecahan keramik vas bunga diatas meja belajarku, akupun mulai gelap mata, kuambil pecahan vas tersebut, sambil menatap cermin yang ada didepanku tanpa ragu akupun menggoreskan pecahan vas tersebut dipergelangan tanganku.

Tubuhku terjatuh kelantai, terdengar suara ketukan pintu dari luar, tapi aku sudah mulai tidak sadar, samar-samar kulihat lelaki bisu itu menghampiriku, dia menggendongku sambil berteriak.

Kemudian entah apa yang terjadi saat itu tiba-tiba aku sudah berada didalam sebuah rumah kecil, kulihat dihadapanku ada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan ayahnya tapi sepertinya aku mengenal wajah kedua orang itu, lhooo... anak kecil itu seperti aku dan lelaki itu seperti ayahku, kubuka mata lebar-lebar untuk memastikan dan ternyata benar. Kulihat diriku saat kecil sedang bermain bersama ayahku, kulihat diriku digendong dan kami tertawa bersama, terlihat jelas tawa riang yang tersirat diwajah kami berdua waktu itu, kemudian kulihat lagi diriku sedang merayakan ulang tahun berdua bersama ayahku “kamu harus banyak makan biar nanti cepat besar dan menjadi anak yang cantik” seperti biasa ayahku mengungkapkan itu menggunakan bahasa tangannya, dan yang terakhir aku melihat saat pertama kali aku masuk sekolah dasar, didepan gerbang sekolah aku menangis karena ayah meninggalkanku disekolah “ayah mau berjualan dulu, kamu sekarang harus sekolah dan rajin belajar supaya pintar dan menjadi anak yang hebat, nanti ayah akan kembali menjemputmu dengan membawa bakpao kacang kesukaanmu” aku juga melihat ayahku mengungkapkan kata itu dengan bahasa isyarat dari tangannya untuk menghiburku. “oohhh.... Tuhan maafkan aku, maafkan aku yang telah banyak berdosa pada ayahku yang sudah menyayangiku sampai saat ini”, akupun tertunduk aku merasa bahwa diriku ini sangat bersalah pada ayahku, kemudian aku melihat sosok ayahku berdiri didepanku dia melambaikan tangan dan semakin lama semakin menjauh, kucoba untuk meraih tangannya tetapi dia semakin menjauh dan menghilang, tiba-tiba seluruhnya menjadi gelap tanpa cahaya sedikitpun aku takut, aku menutup kedua mataku dengan kedua telapak tanganku dan aku berteriak sekeras-kerasnya memanggil ayahku.

****

Saat aku kembali membuka mata, aku berada disebuah ruangan disampingku berdiri seorang wanita berseragam hijau muda, “ayah......” suaraku terdengar lirih, “kamu istirahat dulu yaa, biar cepet stabil kondisinya” sahut wanita itu, “lho.. kamu siapa??” tanyaku lagi padanya, “aku perawat disini, kamu sekarang ada dirumah sakit karena percobaan bunuh diri, mmm... kamu lagi banyak masalah ya??” perawat itu balik bertanya padaku, aku hanya bisa tertunduk, “ya sudah, sekarang kamu istirahat saja dulu, dan kondisi ayahmu baik-baik saja ko” aku kaget mendengar ucapan perawat itu “ayahku??? Memangnya dia kenapa???” tanyaku heran, “kemarin ayahmu yang membawamu kesini, tadinya kamu membutuhkan banyak darah dan ayahmu yang mendonorkan darahnya untukmu, ayahmu juga memohon pada dokter untuk mengambil semua darahnya supaya kamu selamat, oohh... iya saat kamu masih diperiksa dia juga terus menangis didepan pintu, dia bilang hanya kamu yang dia miliki didunia ini jadi dia rela mengorbankan segalanya untukmu, mm...... kamu sangat beruntung memiliki ayah yang sangat sayang padamu, yasudah sekarang kamu istirahat yaa,, saya mau memeriksa pasien yang lain” ucap perawat itu sambil mengusap kepalaku, lalu kemudian ia pergi. Aku hanya terdiam, saat aku melihat ke ranjang disebelahku betapa terkejutnya diriku, ternyata disana terbaring seseorang yang sangat kukenal, dia ayahku.... ayah yang sangat menyayangiku dengan kasih sayang yang sangat sempurna, ingin rasanya diriku memeluk erat tubuh ayahku tetapi sayangnya saat ini hal itu tidak dapat kulakukan karena kondisi tubuhku yang masih lemah. Air mataku pun tak dapat terbendung lagi, saat ini aku hanya bisa menangis sambil memandangi wajah ayahku dan aku hanya bisa berkata lirih dalam hati “ayah....... maafkan aku......”.


© The End ©

** Inspiration from thai life insurance ads (silence of love)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar