Aku tak
tahu apa yang harus aku perbuat dengan kenanganku
Tapi
satu hal yang aku tahu kenangan itu indah dan akan kuingat untuk selamanya.
Tersimpan
Jam sudah menunjukkan pukul
01.00 pagi tapi mataku masih belum juga bisa terpejam, entah apa yang sedang
aku pikirkan, berkali-kali ku ganti saluran televisi tapi tak ada satu pun yang
kurasa bagus, akhirnya kuputuskan untuk membuka laptop dan meneruskan novel
karanganku tapi tetap saja tak ada cerita yang bisa ku tulis
aarrrggghhhhh.......... entah kenapa hari ini terasa begitu aneh, perasaan yang
tak jelas tiba-tiba menghampiriku, perasaan yang aneh yang bisa membuat otakku
berhenti bekerja, karena putus asa akhirnya kulihat playlist mp3 inilah
satu-satunya pertolongan terakhirku, langsung saja ku putar salah satu lagu,
tanpa terasa akupun terhanyut dalam lagu yang terasa begitu menyentuh hati
Mungkin ku relakan untuk kau tinggalkan
Diriku di sini harus mengakhiri
Aku yang merasa lelah dan menyerah
Karna tak selamanya selingkuh itu indah
Biarkan cerita kita berpisah adanya
Bila memang kita tak mungkin bersama selamanya
Betapa ku mengerti sebagai selingkuhanmu
Ku harus menjalani ikatan yang tersembunyi
lagu dari Merpati Band yang berjudul Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah, yupsss....... untuk sejenak pikiranku melayang jauh kebelakang, mengingat kenangan masa lalu yang entah aku tak tahu termasuk kenangan indah atau tidak, tapi yang aku tahu kenangan itu selalu melekat jelas dalam ingatanku.
*****
Namaku Rara, aku hanyalah seorang remaja perempuan biasa berumur 20 tahun yang punya hobi menulis. "Raa...... dari pada bengong ikut yuk sama anak-anak kita jalan-jalan naek motor" teriak seseorang dari gerombolan yang sedang berkumpul didepan rumahku. Aku memang tinggal disebuah perkampungan biasa dan anak remaja disekitar sini memang suka jalan-jalan malam dengan motor. "nanti gw sama siapa??" tanyaku setelah mengetahui ternyata yang berteriak tadi adalah temanku Andi, "gampang,, ada banyak yang kosong ko" sahutnya lagi, mmm...... dari pada sendirian disni mendingan nyobain jalan-jalan deh "ok tunggu sebentarya.. ganti baju dulu" aku pun sibuk mengganti baju yang aku pakai dengan baju yang lebih hangat tak lupa aku juga menyambar sebuah sweater merah yang menggantung dibelakang pintu kamarku, karena orang tua ku tinggal diluar kota dan aku dirumah tinggal sendiri jadi tak perlu sibuk minta ijin. Tak berapa lama akupun menghampiri mereka. "ikut... ikut... ikut..... tapi gw sama siapa??" ucapku semangat. "lo sama gw aja, nih pegang helmnya" OMG semangat dalam diriku menjadi 100x lipat dari sebelumnya begitu menyadari ternyata yang ingin memberiku tumpangan ternyata Gio, dia itu termasuk cowok paling ngetop dan ganteng disini, jujur sih aku sudah naksir sama dia sejak 2 tahun lalu tapi yang namanya nasib kurang beruntung akhirnya belom bisa akrab dan hanya bisa menyapa saja pas ketemu dijalan. "ok deh,, gw ikut sama lo" dengan yakin kata-kata itu keluar dari mulutku. Selama perjalanan kami membicarakan banyak hal. Jalan-jalan malam itu bagaikan dapet rejeki nomplok deh. Tapi kenyataan pahit yang mesti aku terima ternyata Gio sudah punya seorang pacar, humpfff...... tetapi tak tau kenapa walaupun begitu tetap saja aku menyukainya.
****
Keseokan harinya sepulang kerja, ternyata Gio sedang mengobrol dengan yang
lainnya disebuah tempat tongkrongan dekat rumahku, dengan semangat aku ikut
bergabung yaaa karena kebanyakan yang ngobrol disitu cowok jadi yang diomongin
seputar motor, tapi engga apa-apa yang penting aku bisa ketemu sama Gio, Dari
situlah awal pertemuanku dengannya.
Setelah beberapa bulan aku semakin akrab dengannya, bahkan sekarang aku
sering memanggil Gio dengan panggilan Abang, Yupss..... panggilan itu
khusus aku tujukan untuknya. Setelah dekat dengannya diriku menjadi bersemangat
setiap hari, perlakuannya setiap hari padaku seakan-akan menunjukkan kalau dia
begitu perhatian padaku.
****
Seperti biasa sepulang kerja aku sempatkan untuk ikut berkumpul dengan yang
lainnya. "Ra,, udah makan belom??" tanya Gio padaku, yaaa
karena sudah 2bulan bekangan ini kami akrab jadi aku sudah tidak canggung lagi
mengobrol dengannya. "belom neh makanya
laper banget" jawabku dengan muka sedikit memelas, "cari makan
yuk bareng sama gw" ajak Gio sambil menyalakan motor miliknya dan
akupun langsung naik. "cciiieeee.......... udah mulai mesra nih yeee"
anak-anak yang lain menyoraki kami, "yee.... biarin!! kenapa sirik
yaaa!!!" aku hanya bisa menimpali sorakan itu dengan nada bercanda,
"yaiyalahhh Rara kan sekarang pacar gw" ucapan Gio barusan
lumayan membuatku tercengang, tapi ahhh.... mana mungkin seorang Gio bisa
naksir sama seorang cewek seperti aku.
Sesudah membeli makanan aku langsung pulang diantar oleh Gio. Diteras rumahku, aku memberanikan diri untuk menanyakan ucapan Gio tadi, "Bang, tadi maksud lo apaan bilang-bilang kalo gw ini pacar lo??" dengan nada bercanda kusampaikan pertanyaan yang sejak tadi berada dalam pikiranku, "hahahaa....... dasar anak oneng, emangnya dari kemaren lo engga ngerasa apa kalo gw lagi ngedeketin lo" ucap Gio seenaknya, JLEEGEERRR tiba-tiba diatas kepalaku terasa ada puluhan petir yang sedang menyambar, "tapikan lo udah punya pacar??" tingkat kesadaranku segera pulih mengingat hal itu, "pokoknya buat gw mulai sekarang lo itu pacar gw, kalo lo engga mau yaa itu berarti urusan lo!!" ucapnya tegas. "berarti gw jadi selingkuhan dong" entah kenapa tiba-tiba kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. "jadi lo engga mau neh jadi pacar gw??” sahutnya untuk kali ini nadanya merendah dan akupun tertunduk, otakku berpikir tentang pacarnya Gio, tetapi hatiku tidak bisa memungkiri kalau aku sudah jatuh cinta padanya. Tiba-tiba saja aku merasakan sebuah pelukan hangat, yupsss...... saat ku tersadar ternyata Gio sedang memelukku, pelukan hangat yang baru kali ini aku rasakan, aku hanya bisa diam dalam pelukannya entah apa yang sedang aku rasakan, kepalaku masih tetap saja memikirkan wanita itu tetapi tubuhku tak rela untuk lepas dari pelukan itu, aku tak tahu apa yang aku rasakan sekarang, hanya satu hal yang aku tahu dengan pasti pelukannya terasa hangat............
****
Sejak saat itu aku dan Gio memutuskan untuk berpacaran, entah aku harus
senang atau tidak dengan situasiku yang seperti ini. Setiap pulang kerja Gio
selalu mampir kerumahku, sifat Gio yang baik dan suka bercanda membuat aku
semakin nyaman saat didekatnya, setiap hari kami bercerita banyak hal mulai
dari hal penting sampai hal yang tidak penting, terkadang kami juga
membicarakan hal lucu yang terjadi sepanjang hari ini, aku pun tidak pernah
mempermasalahkan tentang wanita itu, wanita yang sudah lebih dulu menjadi
kekasih Gio, kami menjalani hubungan seakan-akan tidak ada wanita itu diantara
kami, Bahkan beberapa orang mengatakan kalau kami ini pasangan yang serasi,
kata-kata itu sebenarnya bukan hanya membuatku melayang tetapi juga membuatku
selalu berpikir seandainya Gio bisa ku miliki seutuhnya.
Beberapa kali aku memergoki Gio sedang menelpon wanita itu, ingin aku
berteriak untuk mengungkapkan rasa cemburuku, tapi tidak bisa karena aku
tersadar dengan posisiku yang sebagai selingkuhan,
Setiap weekend biasanya kami sering pergi bersama, meskipun hanya sekedar
mencari makan malam dipinggir jalan, sesekali pergi ke tempat wisata, sampai
malam minggu jalan-jalan ke puncak hanya untuk mencari tempat santai untuk refreshing
tapi semua kenangan itu membuat hidupku terasa indah.
****
Pernah aku menangis didepannya karena terlalu berat menahan rasa cemburu
saat ada kabar beredar mengenai pertunangannya dengan wanita itu, tetapi Gio
dengan cepat bisa menenangkan hatiku, dan membuatku percaya kalau pertunangan
itu tidak pernah terjadi.
Sampai suatu saat aku melihat sebuah cincin melingkar dijari manisnya, ”Cincinnya
bagus” ucapku santai saat memberikan sebuah teh hangat untuknya, ”mm....
ini Cuma cincin biasa ko” ucapnya sambil melepas cincin tersebut dah
menaruhnya dalam tas. ”pake aja ngapain dicopot, kasian tunangannya kalau
tau cincinnya dicopot” ucapku sambil menatap dalam seorang lelaki yang
duduk hadapanku. ”udah ngapain ngebahas beginian, makan aja yuk” dengan
cepat iya mulai mengalihkan pembicaraan, baru kali ini aku melihat dia segugup
itu, tak sedetikpun dia menoleh kearahku, tak satupun hidangan dimeja
disantapnya, kami berduapun terdiam dan merunduk.
Tak lama kemudian kembali kuangkat wajahku lalu kutatap wajahnya
dalam-dalam seakan aku tahu kalau hari itu adalah hari terakhirku bersamanya, tanpa sadar air mataku menetes rasa sedih yang
tak bisa tertampung lagi dalam hatiku, ingin rasanya aku berteriak dan
memaki-maki Gio tapi tak bisa, semua teriakan ku keluar bersamaan dengan air mata,
untuk kesekian kalinya Gio memelukku erat-erat, tetapi untuk pertama kalinya
aku bisa menolaknya dan langsung berlari kedalam kamar, tokk..... tokk.....
tokk....... ”Ra,, sorry bukan maksud gw buat nyakitin lo, tapi... tapi
gw juga bingung harus gimana” terdengar suara Gio dari balik pintu kamarku,
aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menjawabnya hati ini rasanya
sakit... sakit sekali..... sekujur tubuhku terkulai lemas di atas kasur. ”Ra..
sekali lagi gw minta maaf.... maaf banget. Gw tau gue salah banget sama lo,
tapi jujur gw sayang sama lo, seandainya
aja lo dateng lebih awal dikehidupan gw, gw pasti engga akan bingung
untuk memilih” jelas Gio kemudian, ”Raaa...... meskipun kali ini pilihan
gw salah tapi gw yakin kalo perasaan sayang gw sama lo engga pernah salah”
Gio pun terdiam lalu kudengar suara langkah kaki menjauhi pintu, kupasang
baik-baik telingaku untuk mendengar sesuatu lagi dari Gio tetapi sepertinya gio
sudah pergi. Air mata deras mengalir dari mataku. Gio, Wanita itu, hubungan
ini, situasi ini dan semua kenangan tentang aku dan Gio semuanya berputar dalam
otakku sampai rasanya hati dan otak ini ingin pecah, dan akupun terus menangis
sampai aku terlelap.
****
Keesokan paginya kulihat hp ada banyak miscall dari Gio dan ada satu voice
mail darinya, dengan berat hati kuberanikan diri untuk membuka voice mail
tersebut, terdengar suara Gio didalamnya dengan nada rendah dan terdengar lirih.
Rara......
Selama ini gw menyembunyikan ini semua karena gw engga mau kalau lo sampe
tau tentang kabar ini, karena gw terlalu takut buat ceritain semuanya sama lo,
mungkin karena gw terlalu sayang dan pengecut untuk menghadapi semua situasi
ini,
tapi kemarin gw engga sengaja udah ngasih tahu lo lewat cincin yang gw
pake, bener kata lo gw udah lama
tunangan bakhan minggu depan gw bakalan menikah,
Gw tau lo pasti marah banget sama gw, tapi satu yang pasti gw akan tetep
sayang sama lo selamanya.
Untuk sesaat Gio terdiam
Rara....... Sorry.........
Voice mail itupun berakhir seiring dengan kata-kata terakhir yang terucap
dari mulut Gio. “SORRY.....” kata
itu selalu terngiang ditelingaku.
Saat keluar dari kamar aku menemukan sebuah kotak kecil tergeletak dilantai
depan pintu kamarku, tanganku gemetar saat membuka kotak kecil itu, pikiranku
terus mengingat Gio, saat aku buka ternyata didalamnya terdapat sebuah kalung
dengan liontin berbentuk huruf NA, terselip selembar kertas didalamnya,
kuberanikan diri antuk membuka lembaran itu,
NA untuk Naura Amalia dan Agio Nugraha,
Hadiah
terindah untuk wanita terindah
Gio
Sontak akupun berteriak, oohh..... tuhan inikah akhir cintaku , saat
ini aku hanya bisa meratap dalam hati menahan rasa ini, rasa yang seakan
membuat dunia berhenti berputar, rasa yang seakan membuat hatiku mati, rasa
yang seakan membuat semua hal indah itu pergi.
****
Itulah kenangan ku bersama Gio, kenangan yang akan selalu ada dalam
hidupku. Tanpa sadar air mataku mengalir kembali, lagu yang diputar dalam
playlist mp3 ku pun sudah berganti. Kepalaku tertunduk memandangi sebuah kalung
dengan liontin NA yang sudah 1 tahun menggantung dileherku, kugenggam erat
liontin itu sambil menarik napas panjang.
Pertengkaran malam itu memang menjadi pertemuan terakhir ku dengan Gio,
sejak saat itu wajah Gio dan semua kenanganku bersamanya selalu tersimpan jelas
dalam hati dan pikiranku. Entah sampai kapan kenangan itu akan melekat dalam
hati dan pikiranku, dan aku tak tahu apa yang harus aku perbuat dengan kenanganku
itu. Tapi satu hal yang aku tahu kenangan itu indah dan akan kuingat untuk
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar